Selasa, 04 Februari 2014

Solo Travel 'Picnic' - Review Kereta Ekonomi Jarak Jauh Kahuripan dan Pasundan

I am not a traveler, I don't go to travel often. I can't sleep well in any place but my own home. Simply, I don't like go out or traveling. But job pressure and I-need-to-be-happy and I-deserve-to-be-happy thought somehow 'insist' me to go traveling (since the term travel and tourism debatable recently lemme change it to picnic).

I have make a plan to picnic from Bandung to Solo since September 2013, it is a long journey.  I need 12 hours to go to Solo from Bandung by bus, and unfortunately my body is not strong enough to make it. At the first time, it looks so tempting using air plain from Bandung to solo, but it is wasting my money. But I heard that using train is faster (9-10 hours) and cheaper (for economy class), so I booked economy class train from Bandung to Solo by using tiket.com.

On the D day, on the way from Bandung to Solo (30/01/2014), I have to admit that I don't expect much since it is only an economy class transportation (Kahuripan Malam). It is 30 mins late from the schedule. My ass endured from a pain due to its thin layers of foam on the seat, and I have pain on my neck because the seat is not very comfortable. I couldn't sleep at all along the way. But worse thing came by when illegal seller started to sell their stuffs on the train from St. Lempuyangan till St. Solo Jebres. PT KAI promised and make rules to forbid the illegal seller to sell their stuffs on the train. But the sellers are still sell it on the train, break the rules and being disobedient. I struggled from this uncomfortable feeling for one hour.

But then, when I am on my way from Solo to Bandung, this case get worse and worse. I am using different train (Pasundan Economy Class Afternoon Train) and decided to use it because I need to work (finishing all the writing in the Monday morning). Solo is hotter than Bandung, pada saat itu (maaf atas code changing-nya, haha) AC di Pasundan MATI! And I feel like a cookie baked in the oven. Did I complained? Iyalah! Bukan cuma sama petugas, tapi juga sama aku PT. KAI di Twitter. Semua orang di kereta tahu jelas bahwa gerbong kereta Pasundan yang ke 3 mati AC-nya, dan pas ditanyakan ke petugasnya dia cuma jawab "Oh udah nyala kok, ini 16 (derajat celsius)." Kalau memang ini 16 derajat kenapa saya kepanasan dan orang di depanku harus kipas-kipas pake kipas (eng)? AC-nya mati dan hanya nyala saat mesin kereta baru di start untuk jalan, sisanya? AC mati.

Panasnya gerbong tidak diimbangi dengan perilaku pengguna jasa kereta api dengan menjadi penumpang yang tahu aturan. Banyak orang yang keluar masuk gerbong tapi tidak mengindahkan tulisan "Tutup kembali" yang ada di pintu, it pissed me off! The train wagon is getting hotter, hotter and hotter and hotter and I getting pissed pissed and pissed. -_-

Penjual? Masalah penjual udah jangan di tanya. Mereka mulai jualan dari St. Lempuyangan sampai satu stasiun sebelum St. Kiaracondong Bandung. Ini sebenernya lucu, dibeberapa stasiun yang saya singgahi ada beberapa yang menutup akses pedagang, ada yang sengaja membiarkan pedagang masuk. I don't remember the station name, yang mana yang menutup akses pedagang, yang mana yang dengan bahagia memberikan akses pada pedagang. Ada satu stasiun yang lucu, ironically 'lucu'. Kereta berhenti di stasiun itu lalu petugas bilang "Jangan dibuka pintu kereta ini nanti ada pedagang yang masuk." Pedagang memang gak masuk saat kereta berhenti tapi mereka mulai berjualan saat kereta jalan. Ini sangat lucu, sampe saya pengen ngelempar tas dari atas ke bawah. Entah siapa yang salah pada saat itu, yang pasti saya heran, kenapa mereka bisa naik? Lewat apa? Dan mirisnya, pedagang yang berkeliaran di atas gerbong tidak ditertibkan padahal petugasnya sedang berkeliaran juga. Lucu? Uwuwuw sekali! Kalau ada petugas yang seharusnya menertibkan lantas mereka tidak ditertibkan, coba PT. KAI jawab, untuk apa PT. KAI membayar mereka?

Pada saat ada pedagang yang masuk, saya sadar bahwa penumpang tahu bahwa pedagang tidak boleh masuk ke kereta, tidak boleh berjualan. Tapi apa yang terjadi? Mereka mengetahui peraturan itu tapi masih saja membeli dari pedagang. Siapa yang salah? Keduanya tau peraturannya tapi masih melanggar dengan prinsip 'yang penting sama-sama untung'.

Kereta Kahuripan yang saya naiki ketika pergi ke Solo, jauh lebih rapi dan bersih. Kereta Pasundan? Oh yeah, pas duduk, sampahnya buanyak banget! Gak cuma sampah sih, serangga macam kecoak kecil yang terbang dan beberapa jenis binatang terbang ada di kereta ini. Buat yang biasa naik kereta ekonomi, pasti suka tau biasanya ada orang yang nyapuin gerbong lalu minta uang? Di Kereta Pasundan ini juara! Sampahnya banyak banget dan orang yang nyapuin gerbong dapet uang lumayan. Padahal, sebelum orang yang menyapu gerbong ini 'bekerja' ada cleaning service yang ngebersihin gerbong. Entah cleaning service ini kerjanya gimana, sampahnya banyak sekali padahal cuma selang beberapa puluh menit dari gerbong terakhir di bersihkan.

Ini belum selesai, belum! Komplain ini masih ada, dan maafkan saya karena kalian harus membacanya T_T. Pada saat saya pergi, saya tidak sengaja ditemani oleh teman saya seorang Beauty Blogger, namanya Rahm. Dia naik ke kereta untuk pulang ke Kediri tempat asal suaminya if I am not mistaken. Mereka enggak pacaran, mereka menikah, tapi tidak memamerkan kemesraan di atas kereta. Pada saat saya pulang ke Bandung, di depan saya ada sepasang muda mudi yang dengan bangga berpacaran, tidak menikah dan memamerkan kemesraan. It is not because my envious because I am going travel alone, tapi cara mereka yang kurang ketimuran. It is not because they kissed in front of me, buat because some unnecessary 'body contact'. You do not need to slipped your hands under your girlfriend shirt on the train wagon, do you? Do you need to put your hand in her pants to touch her thigh? Saya tidak mengerti, sejak kapan pamer kegiatan seksual menjadi habbit anak-anak zaman sekarang? You can get a room to **ck her but don't do it on a wagon. Terlebih lagi, yang digunakan adalah kereta ekonomi, coba tolong modalnya rada di naikkan.

I am sorry to post it and make you read it. But it is the truth. Pada akhirnya saya bisa jadi salah karena terlalu sensitif dan mengharapkan lebih dari sebuah kereta ekonomi. Saya tidak pelit pujian, saya akan memuji jika memang PT. KAI memberikan pelayanan yang baik. Saya juga tidak akan complain jika memang masalahnya tidak mengganggu saya. Tapi pada kenyataannya ini yang terjadi. Saya melihat masalahnya (setelah penguraian satu persatu) bukan di PT. KAI saja, tapi kadang kita sendirilah yang membuat masalah. Pedagang tidak akan berjualan jika penumpang tidak membeli! Kereta tidak akan kotor jika kita tidak membuang sampah sembarangan!

I will be back for my good things to post regarding my picnic wooohoooo :)

Thank you for reading!


D

6 komentar:

  1. Ada tiga faktor sih, PT KAI, penumpang KA, dan pegadangan asongan. PT KAI menurut saya sudah cukup menyulap kereta ekonomi menjadi lebih nyaman daripada jaman "kaleng sarden" dulu. Tapi dengan kelas yang "ekonomi" kita ya... tidak bisa berharap banyak pada pelayanan.

    Apalagi penumpang kelas ekonomi ini umumnya ya masih tergolong memiliki mental (maaf) "ndeso", yaitu tidak memahami peraturan peradaban maju pada umumnya, seperti tidak buang sampah sembarangan.

    Adapun pedagang asongan itu karena pasar mereka adalah para penumpang yang (maaf) bermental "ndeso" itu. Sebab apa yang dijajakan adalah konsumsi kelas mereka dan harganya lebih terjangkau dari yang ada di gerbong restorasi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setuju. Ketiganya emang sangat memengaruhi kenyamanan di kereta api. Sayangnya ketika PT KAI mau menerapkan hal ini, petugas di lapangan tidak semuanya mendukung.

      I do actually dont expect that much. Tapi aku sangat mengharapkan kalau PT KAI bisa optimal dalam melayani penumpang.

      Harga makanan di restorasi juga gak sesuai sama rasa, better kalau sempat sebaiknya bawa makanan dari rumah, murah, sehat. Kalau melihat keadaan gerbong penumpang ekonomi yang kotor dan banyak serangga, aku sangsi untuk beli makanan di sana.

      Thanks sudah mampir ya Kak :)

      Hapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
  3. ya ampun wi so horrible gt, gwe belom pernah coba naek gujees. :3 apalagi sendirian ekonomi pulaaa,, brave girl *keprok* . itu ada point interest sepasang muda-i yang k**s, blaaah kalo ada di depan gwe, dah gwe melototin aja mereka. Sebel ya, bikin ga nyaman org lain, *banjurin kuah baso*

    bener c wi background balik lagi ke pendidikan ama akhlak, susah c ngerubah lingkungan. Kita emang ga boleh beda-bedain setiap org. Tapi secara otomatis setiap manusia terkategorikan. Yang ptg maa kata aa gym dr hal terkecil dl *uhuk*

    Thx for sharing wi.
    oleh oleh solonya kemana.. hahahha

    BalasHapus
  4. halo salam kenal ^^
    aku malah suka naik yg kelas ekonomi, karena alasannya banyak pedagangnya, kalau laper atau pengen nyemil kan tinggal beli :D, kalau untuk kebersihannya yg kelas bisnis sebenarnya sama aja banyak kecoanya -__-

    BalasHapus
  5. moso yang bisnis banyak kecoanya ?? kemaren pas ke pulang ke bandung dari solo naek lodaya bersih koq......

    setelah baca blognya Mahadewi jadi mikir 1000 kali nih buat nyobain..padahal plannya pengen maen ke malang naek KA Ekonomi.. :(

    BalasHapus

Wanna say something?
The comment is yours