Jumat, 17 Februari 2012

Hubungan antar tanda: Paradigmatik dan Sintagmatik

Perlu diketahui bahwa linguistik dan sastra adalah hal yang tidak bisa dipisahkan, buat saya terutama, kepandaian seseorang berkreatifitas dengan kata-kata akan sangat terbantu bila dan apabila dia memiliki pemahaman yang tinggi tentang linguistik. Dan inilah bagian dari linguistik yang sangat penting untuk dipahami.

Pertama-tama akan saya jelaskan sedikit bahwa ini adalah bagian dari strukturalisme dan akan sangat berkaitan erat dengan figur bernama Saussure (dan bila memahami ini, akan ada nilai tambah semiotika yang anda pahami). Secara singkat bisa dikatakan bahwa Saussure menginvestigasi hubungan antara speech dan evolusi dari bahasa, juga mengeksplorasi bahasa sebagai a structured system of signs. Saussure menggambarkan dan memetakan antara bahasa (langue) dan aktifitas berbicara (parole). Bahasa adalah sistem penanda yang melibatkan aktifitas dalam berbicara.

From my reading, bahasa adalah sebuah penghubung antara pikiran dan suara. Artinya pikiran yang di manifestasikan kedalam sebuah perkataan (dalam hal ini suara itu sendiri). Bahasa adalah hasil dari perwujudan si pembicara kepada pendengar dari konsep image dalam pikirannya. Bagi Saussure, linguistic sign adalah kombinasi konsep dan sound-image. Konsep ini melahirkan dua istilah lain yaitu signified(konsep) dan signifier (sound-image).

Dan hubungan antara kombinasi signified(konsep) dan signifier (sound-image) itu sendiri arbitrary (tidak tetap), karena semua sound-image tersebut bisa digunakan untuk menandakan beberapa konsep khusus. (I am going to explain it so brief, you can ask your lecturer or MR. Google for further info).

Karena sifatnya yang arbitrary, lahirlah konsep lain yang dinamakan Paradigmatik dan Sintagmatik (Ini adalah jalinan antar-tanda bahasa).

[caption id="attachment_508" align="aligncenter" width="221" caption="Hubungan Sintagmatik dan Paradigmatik"][/caption]

 

Sintagmatik bisa dikatakan sebagai bagian linier antara unsur-unsur bahasa. Hubungan ini disebut in praesentia. Dalam penggunaan Sistem sintagmatik, kebanyakan orang akan secara sadar (ataupun tidak) menggunakan kaidah S-P-O. Dalam bahasa Indonesia dimungkinkan adanya perputaran atau pembolak balikan S-P-O sejauh langue yang berlaku masih memperbolehkannya, makna sintagmatik sering saya sebut sebagai makna vertikal.
Dan pelengkap sintagmatik adalah paradigmatik, paradigmatik adalah hubungan yang memungkinkan suatu tanda bahasa bertukar-tukar atau dipertukarkan karena memiliki asosiasi dengan makna lain. Hubungan ini disebut hubungan in absentia.

 

Sudah, segitu saja dulu. Saya tidak akan memberikan kesimpulan apapun karena tulisan di atas cukup singkat dan saya membiarkan pembaca memiliki pemahamannya sendiri. Selain itu, saya akan meneruskan tulisan ini.

 

Terima kasih telah membaca.

 

 

D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Wanna say something?
The comment is yours